Zuhal

Zuhal adalah ibu dari Irhash. Ia adalah wanita berdarah Melayu Timur yang lahir pada 26 Juni 1969.

Silsilah Keluarga

Zuhal adalah anak keenam dari tiga belas bersaudara. Ayah Zuhal, Muhammad Yunan, adalah seorang uztadz ternama di desa Teluk Majelis dan terkenal hingga ke desa Jambi Seberang. Ibunya, Darma Ta’siah adalah keturunan Datuk Perdana yang adalah keturunan dari Moyang Bujing, seorang pendekar Melayu Timur yang berasal dari Mindanao, Filipina.

Kehidupan Awal

Zuhal terlahir di desa Teluk Majelis, sebuah desa di pinggir muara sungai Batanghari yang berhadapan langsung dengan selat Malaka. Sebagai anak keenam, ia harus membantu ibunya untuk mengurusi adik-adiknya yang masih kecil. Ibunya melahirkan seorang anak hampir setiap dua tahun sekali. Hal ini karena ayahnya menolak memakai alat kontrasepsi, yang menurutnya adalah perbuatan haram. Zuhal tumbuh di lingkungan keluarga religious yang beraturan ketat. Ayahnya adalah seorang fanatik agama dan menerapkan aturan ketat kepada anak-anaknya.

Pendidikan

Zuhal tidak mengenyam pendidikan taman kanak-kanak. Ia berdidik di salah satu SD Teluk Majelis. Ia melanjutkan pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Teluk Majelis. Setelah taman MTs, ia melanjutkan sekolah tingkat atas ke sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di kota Jambi, sekarang dikenal dengan MAN Model. Keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat atas tidak terlalu didukung oleh ayahnya. Hal ini karena ayahnya masih beranggapan bahwa wanita tidak perlu pendidikan tinggi dan lebih mengutamakan pendidikan tinggi pada anak-anak lelakinya. Ayahnya berusaha menyakinkan Zuhal untuk tidak melanjutkan pendidikan, dengan alasan bahwa ayahnya tidak memiliki cukup uang untuk membiayainya, terlebih abangnya, Musthafa, juga tengah berpondok di sebuah persantrian di saat yang sama. Namun, Zuhal bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya dan akhirnya ayahnya merestuinya untuk pergi ke kota Jambi. Kota Jambi berjarak 150 km dari desa tempat ia diam. Satu-satunya transportasi yang tersedia pada saat itu adalah transportasi air, dan perjalanan ditempuh selama 2-3 hari.

Saat bersekolah di PGA, Zuhal tetap mendapat dukungan dana dari Ayahnya. Namun, mendekati akhir masa studinya, Ayahnya mengirimkan surat pada Zuhal bahwa ia tidak mampu lagi untuk memberikan uang padanya serta ia saat itu dalam keadaan sakit-sakitan. Ayah Zuhal menulis “pulanglah anandaku, ayah telah merindukan engkau”. Ayah Zuhal meminta ia pulang ke Teluk Majelis meskipun pendidikannya di PGA belum selesai. Namun, Zuhal bertekad untuk menyelesaikan pendidikannya sebelum ia pulang ke Teluk Majelis. Meski Zuhal menyayangi ayahnya, namun ia tetap ingin menyelesaikan studinya terlebih dulu. Saat itu ia juga enggan untuk pulang karena ia tahu ketika pulang, pasti ia tak akan diizinkan kembali ke kota Jambi lagi. Dengan tekad yang kuat ia melanjutkan sekolah sambil bekerja untuk membiayai sekolahnya sendiri. Ia bahkan tidak segan untuk mengambil upah cuci baju dan sebagainya. Akhirnya ia berhasil menyelesaikan sekolahnya.

Perbedaan Pandangan dengan Ayahnya

Ayahnya yang fanatik agama menerapkan aturan ketat dalam keluarganya. Hal ini sangat bertentangan dengan jiwa yang dimiliki Zuhal. Zuhal tidak ingin menjadi seorang wanita yang terkekang oleh aturan-aturan ketat yang diterapkan ayahnya. Ayah Zuhal melarang anak perempuannya untuk memakai celana, karena baginya celana adalah pakaian lelaki. Sementara itu, Zuhal sangat suka memakai celana kulot yang jadi tren masa itu. Ayah Zuhal juga menganggap anak lelaki dan perempuan tidak boleh bergaul satu sama lain. Zuhal, di lain sisi sangat suka bermain bola Volly yang tentunya terdapat lelaki yang juga bermain bersamanya. Ayah Zuhal pada suatu hari bahkan mendatangi lapangan Volly sambil membawa kayu dan berteriak “jangan kau main dengan lelaki macam ini, lelaki tu lawan, bukan kawan”. Kejadian ini sangat memalukan bagi Zuhal karena saat itu ia telah memasuki masa remaja awal (13-15 tahun). Namun begitu, Zuhal tidak jera untuk terus bermain Volly. Terkadang Zuhal harus sembunyi-sembunyi dari ayahnya saat ingin pergi ke lapangan Volly. Abang Zuhal, bernama Harun, mendukung Zuhal untuk mengembangkan dirinya. Harun bahkan membantu Zuhal saat ingin pergi ke lapangan Volly agar tidak ketahuan ayahnya. Harun juga memiliki perbedaan pandangan terhadap ayahnya yang konservatif. Harun saat itu adalah lulusan pendidikan tinggi. Karena perbedaan pandangan ini, Zuhal terkadang dianggap anak pembangkang oleh ayahnya. Hal ini sangat berbeda dengan abang Zuhal, bernama Mustafa, yang lebih penurut dan menjadi anak kesukaan ayahnya. Meski begitu, Ayah Zuhal tetap menyayanginya dan begitu juga Zuhal kepada ayahnya.

Karir

Zuhal 

Pernikahan

Zuhal menikah setahun setelah ia tamat PGA pada 1991 di usia 19 tahun. Ia menikahi seorang pria bernama Abdul Muthalib (25 tahun). Meskipun Zuhal berpacaran dengan pria lain sebelumnya, akhirnya ia menikahi seorang pria yang dijodohkan padanya. Ia menikah tanpa paksaan dari pihak manapun dan menerima Talip yang dijodohkan padanya. Talip pada saat itu memiliki karir yang bagus, yang adalah seorang karyawan PT Mugi Triman dengan gaji yang besar. Zuhal dikaruniai anak pertamanya, Ruqiyah, setahun setelah pernikahan. Anak keduanya, Irhash, lahir enam tahun setelahnya, dan Dila Zahra lahir 12 tahun setelah kelahiran Irhash.

Hubungan dengan Anak-anaknya

Zuhal sangat menyayangi anak-anaknya.


Comments

Popular posts from this blog

Karya Budi: Kenangan

Muhammad Irhash Shalihin

Ruqiyah